Nusaibah Ummu Imarah (Militansi Muslimah Zaman Now)
Ummu Imarah mempunyai kecerdasan
dan ketangguhan beliau nampak dalam setiap aktivitas yang senantiasa bertarget,
dan disiapkan dengan cermat demi mengarah pada tujuan yang jelas, yakni
ditujukan demi keridhaan Allah dan meraih kemenangan Islam. Beliau tak pernah
melewatkan sedikitpun peluang atau kesempatan yang sudah diberikan Allah untuk
mendapatkan pahala, kemuliaan dan surga firdaus, karena kesadaran bahwa
kesempatan belum tentu datang untuk kedua kalinya. Beliau dikenal dengan julukan Ummu Umara atau Ummu Imarah.
Beliau adalah anak Kaab bin Amr dan Rabbab binti Abdullah bin Habib. Ia
memiliki dua orang saudara yaitu Abdullah bin Kaab dan Abu Laila Abdurrahman
bin Kaab.
Nusaibah
menikah dengan Zaid bin Asim. Dari pernikahannya, ia memiliki dua orang anak
yaitu Abdullah dan Habib. Pada suatu hari, Zaid pulang dengan gembira. Zaid
bercerita, bahwa ia baru saja mendengar kabar dari Mush’ab bin Umair, seorang
penduduk Mekkah utusan Muhammad bin Abdullah, tentang bangkitnya seorang Rasul
di kalangan kaum Quraisy. Ia bercerita tentang Muhammad Saw, Sang Rasul yang
tetap tegar berdakwah walaupun dimusuhi kaumnya. Muhammad juga tidak tergiur
dengan harta dan kedudukan yang ditawarkan kepadanya.
Cerita
itu sangat menyentuh hati Zaid.Kemudian Zaid berkata,”Demi Allah, saya tidak hanya heran mendengar
cerita itu, tetapi saya beriman dan bersaksi bahwa tidak ada illah selain Allah
dan Muhammad adalah Rasulullah. Andaikata kedua telingamu mendengarkan cerita
Mush’ab tentang Muhammad dan da’wahnya, niscaya engkau tidak akan
mengingkarinya“. Mendengar
perkataan suaminya, hati Nusaibah tergerak. Kemudian dengan penuh keharuan ia
berkata : “Saya beriman kepada Allah
sebagai ilah dan Muhammad sebagai Nabi.” Kemudian keduanya berjanji
untuk melakukan bai’at pada musim haji yang akan tiba beberapa
saat kemudian.
Saat
musim haji tiba, rombongan dari Madinah datang ke Mekkah. Mereka kemudian
dipertemukan oleh Mush’ab dengan Rasulullah dan melakukan bai’at. Nusaibah
dan suaminya termasuk orang yang ikut berbaiat kepada Nabi dalam keheningan
malam di Aqabah. Setelah peristiwa itu, Nusaibah dan suaminya beserta rombongan
dari Madinah kembali pulang. Beberapa saat kemudian, Rasulullah berhijrah ke
Madinah dan menjadikan Madinah sebagai pusat dakwah dan pemerintahan. Nusaibah,
suami dan kedua putranya adalah orang-orang yang senantiasa istiqamah dengan
keimanan mereka dan membantu dakwah Rasulullah. Saat Perang Badar, Abdullah
putranya ikut berjuang dengan gagah berani menegakkan panji-panji Islam sampai
umat Islam mendapat kemenangan.
Tak
lama setelah kembalinya pasukan dari Perang badar, Zaid meninggal dunia.
Nusaibah kemudian dilamar oleh Ghaziyah bin Amr. Dari pernikahannya dengan
Ghaziyah, Nusaibah mempunyai dua orang anak yaitu Tamim dan Khawlah. Kesibukan Nusaibah mengurus rumah tangga, suami dan anak-anaknya tidak
membuatnya mengurangi perannya dalam dakwah dan perjuangan umat Islam. Nusaibah
bersama suami dan putra-putranya pun ikut dalam berbagai peristiwa penting,
seperti Perang Uhud, Peristiwa Hudaybiah, Perang Khaibar, Perang Hunain dan
Perang Yamamah. Dalam berbagai pertempuran itu, Nusaibah tidak hnya membantu
mengurus logistik dan merawat orang-orang yang terluka. Lebih dari itu, ia juga
terjun ke medan perang dan mengangkatkan senjata untuk melindungi Rasulullah
Saw hingga Nusaibah terkenal dengan julukan “Sang Perisai Rasulullah Saw”Waktu perang Uhud, Nusaibah keluar memberi minum kepada
pasukan Muslimin yang kehausan dan merawat mereka yang mendapat luka. Dan
ketika tentera Islam terlalaikan oleh ghanimah yang ditinggalkan musuh lalu terdesak dan lari dari
medan perang hingga cuma ada seratus orang saja yang bertahan, Nusaibah pun
menjadi salah seorang yang menghunuskan pedang serta memakai perisai untuk
melindungi Rasulullah dari sasaran musuh.
Nusaibah
saat itu berperang dengan gagah berani di sisi Rasulullah dan melindungi
beliau. Nusaibah tetap siaga, lincah bergerak ke sana ke mari bersama
puteranya. Bahkan dikatakan sampai para sahabat Rasul Saw malu menyadari bahwa
mereka kalah tegar, kalah gagah dan kalah perkasa pada waktu itu bila dibandingkan
beliau yang perempuan! Masya Allah! Pada perang ini Nusaibah menderita dua
belas luka pada tubuhnya dengan luka paling parah di bagian lehernya. Kesungguhan
Nusaibah melindungi Rasulullah begitu hebat, hingga Rasulullah berkata, “Aku tidak menoleh ke kiri dan
ke kanan kecuali melihat Ummu Imarah (Nusaibah) berperang dihadapanku.”
Ketika itu, anaknya Abdullah luka parah ditikam musuh. Dia mengikat luka
anaknya lalu berkata, “Bangun wahai anakku.” Anaknya itu terus bangun dan
melawan tentera musuh.
Rasulullah
yang melihat peristiwa itu merasa terharu. “Wahai Ummu Imarah, siapakah yang mampu berbuat
seperti mana yang engkau lakukan?” Kata Rasulullah kepadanya.
Ketika tentera musuh yang menikam anaknya itu menghampiri, Rasulullah berkata
kepadanya, “Ini dia orang yang telah
melukakan anakmu.” Nusaibah menghampiri orang itu dan menikam
betisnya dengan pedang. “Ya, Ummu Imarah! Engkau berjaya membalasnya,” kata
Rasulullah sambil tersenyum melihat kesungguhan Nusaibah. Kemudian, Nusaibah
dengan bantuan beberapa tentera Muslimin berjaya membunuh orang itu. Melihat
keadaan ini, Rasulullah berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menenangkanmu dan menggembirakan
hatimu daripada musuhmu serta memperlihatkan balas dendammu dihadapanmu.”
Ketika
Perang Uhud ini, Nusaibah mengalami luka yang banyak, terutamanya di bahagian
bahu. Rasulullah memeriksa lukanya lalu meminta Abdullah, anaknya untuk
mengikat luka tersebut sambil berkata, “Semoga Allah sentiasa memberkati dan merahmati
kamu semua.” Nusaibah mendengar kata-kata Rasulullah itu. “Ya Rasulullah! Mohonlah kepada
Allah agar kami boleh menemanimu di syurga nanti,” kata Nusaibah.
Maka Rasulullah pun berdoa, “Ya Allah! Jadikanlah mereka semua ini penemanku di syurga kelak.”
“Aku tidak akan mengeluh setiap
musibah yang menimpa diriku di dunia ini,” kata Nusaibah sebagai
membalas.
Setelah
Rasulullah Saw meninggal dunia, sebagian kaum Muslimin kembali murtad dan
enggan berzakat. Abu Bakar a Ash shiddiq yang menjadi Khalifah pada waktu itu
segera membentuk pasukan untuk memerangi mereka. Abu Bakar mengirim surat
kepada Musailamah dan menunjuk Habib sebagai utusannya. Maka bersegeralah Ummu
Imarah mendatangi Abu Bakar dan meminta ijin kepada beliau utk begabung bersama
pasukan yg akan memerangi orang-orang yg mutad dari Islam. Abu Bakar ash-Shidiq
bekata kepadanya “Sungguh aku telah mengakui peranmu di dalam perang Islam maka
berangkatlah dengan nama Allah.” Maka beliau berangkat bersama
putranya yg bernama Hubaib bin Zaid bin Ashim.
Di
dalam perang ini Umma Imarah mendapatkan ujian yang berat. Pada perang tersebut
putranya tertawan oleh Musailamah Al-Kadzab dan ia disiksa dengan berbagai
macam siksaan agar mau mengakui kenabian Musailamah Al-Kadzab. Akan tetapi bagi
putra Ummu Imarah yang telah terbiasa dididik untuk bersabar tak kala berperang
dan telah dididik agar cinta kepada kematian syahid, ia tidak dikenal kompomi
sekalipun diancam kematian.
Bahkan
ketika Musailamah memerintahkan Habib untuk menyatakan bahwa ia adalah utusan
Allah, Habib menolaknya dengan berpura-pura tuli. Inilah dialog antara dia dgn
Musailamah. Kata Musailamah : “Engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah
Rasulullah?“. Hubaib berkata : “Ya Musailamah, Engkau bersaksi bahwa aku
adalah Rasulullah? Aku tidak mendengar apa yang kamu katakan itu!”
Musailamah pun marah dan akhirnya menyiksa Habib dengan memotong anggota
tubuhnya satu persatu sampai syahid.
Meninggalnya
Habib tentu saja meninggalkan luka yang dalam di hati Nusaibah. Ummu Imarahpun
ikut serta dalam perang Yamamah besama putranya yg lain yaitu Abdullah. Beliau
bertekad utk dapat membunuh Musailamah dengan tangannya sebagai balasan bagi
Musailamah yang telah membunuh Hubaib. Akan tetapi takdir Allah menghendaki
lain yaitu bahwa yg mampu membunuh adalah putra beliau yang satunya yaitu
Abdullah. Ia membalas Musailamah yg telah membunuh saudara kandungnya. Tatkala
membunuh Musailamah Abdullah bekeja sama dengan Wahsyi bin Harb.
Tatkala
Ummu Imarah mengetahui kematian si Thaghut al-Kadzdzab maka
beliau pun bersujud syukur kepada Allah. Ummu Imarah pulang dari peperangan
dengan membawa dua belas luka pada tubuhnya setelah kehilangan satu tangannya
dan kehilangan anaknya yang terakhir yaitu Abdullah. Sungguh kaum Muslimin pada
masanya mengetahui kedudukan beliau. Beliau wafat beberapa tahun kemudian
setelah peristiwa Perang Yamamah ini.
Sungguh
banyak pelajaran yang bisa dipetik dari sosok Nusaibah. Beliau bukanlah sosok
perempuan biasa. Kecintaan beliau pada surga menghantarkannya menjadi wanita
Anshar pertama yang beriman pada Rasulullah, istiqamah berjuang demi Islam
dengan segenap jiwa dan raganya. Sebagai istri, beliau berhasil mendukung
perjuangan suami-suaminya dan menghantarkan mereka pada kesyahidan. Sebagai
ibu, beliau tampil sebagai teladan dan berhasil mencetak generasi terbaik yang
berkontribusi besar pada perjuangan Islam.
Beliaupun
senantiasa ada di barisan terdepan perjuangan dan seakan tak rela jika termasuk
orang yang tertinggal. Beliau pun seolah tak rela jika posisi/kesempatan
berharga tersebut digantikan oleh orang lain, sehingga nampak beliau tak pernah
memilih atau mengambil bagian yang teringan dari perjuangan. Beliau juga bukan
perempuan cengeng yang mudah lemah menghadapi situasi sesulit apapun. Hal ini
nampak ketika di Perang Uhud beliau terluka dengan 13 tusukan. Yang saya
bayangkan, saat satu demi satu tubuhnya terkena tusukan senjata musuh itu,
tentu beliau merasakan sakit yang amat sangat. Akan tetapi itu tak menjadikan
beliau mundur dari gelanggang peperangan.
Dikatakan
bahwa salah satu lukanya sangat parah, yakni luka di bahu/dekat leher dan
memerlukan penyembuhan hingga 1 tahun. Namun pengalamannya ini tak membuatnya
mundur atau kapok untuk berjuang, bahkan sebelum lukanya benar-benar sembuh,
beliau ikut dalam perjuangan-perjuangan lainnya, hingga di perang Yamamah
beliau mendapatkan 11 luka dan lengannya terputus. Subhanallah. Alangkah besar
kecintaannya pada surga, hingga apapun bisa dikalahkannya. Lantas seberapa
besar arti surga bagi kita hingga belum cukup termotivasi untuk maksimal
berjuang demi Islam.
Daftar Pustaka
Komentar
Posting Komentar