NABI HUD AS DAN BURUNG HUD
HUD AS
Nama: Hud bin Abdullah.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Iram (Aram) ⇒ ‘Aush (‘Uks) ⇒ ‘Ad ⇒ al-Khulud ⇒ Rabah ⇒ Abdullah ⇒ Hud As.
Usia: 130 tahun.
Periode sejarah: 2450-2320 SM.
Tempat diutus: Al-Ahqaf (antara Yaman dan Oman).
Tempat wafat: Bagian Timur Hadhramaut Yaman.
Sebutan kaumnya: Kaum ‘Ad.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 7 kali.
Nama: Hud bin Abdullah.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Iram (Aram) ⇒ ‘Aush (‘Uks) ⇒ ‘Ad ⇒ al-Khulud ⇒ Rabah ⇒ Abdullah ⇒ Hud As.
Usia: 130 tahun.
Periode sejarah: 2450-2320 SM.
Tempat diutus: Al-Ahqaf (antara Yaman dan Oman).
Tempat wafat: Bagian Timur Hadhramaut Yaman.
Sebutan kaumnya: Kaum ‘Ad.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 7 kali.
Nabi Hud A.S adalah keturunan Sam bin Nuh (cucu Nabi Nuh).
Beliau diutus Allah Swt, kepada kaumnya bernama ‘Ad. Suatu kaum yang bertempat
tinggal di sebelah utara Hadramaut dari negeri Yaman. Nabi Hud selalu menyeru
kaumnya untuk menyembah Allah, dan meninggalkan agama berhala, serta melarang
menganiaya sesame manusia. Nabi Hud As, diutus kepada kaumnya yaitu bangsa ‘Ad,
mereka termasyhur sekali karena besar-besar tubuhnya dan kuat. Mereka mempunyai
kebun-kebun yang sangat luas, hasil bumi yang berlipat ganda banyaknya. Dengan
kekayaan yang melimpah-limpah, mereka dapat membuat rumah dan istana yang indah
untuk tempat mereka masing-masing.
Kaum Nabi Hud a.s. dinamakan kaum Ad, sebutan ini diambil
dari kabilah tertua dan terbesar di antara mereka. Mereka menempati di sebuah
bukit-bukit pasir di antara Yaman dan Oman. Sepanjang waktu mereka hidup aman,
damai, dan sejahtera. Allah swt. memberi nikmat yang melimpah, kebaikan yang
banyak, dan sumber mata air memancar deras. Mereka bercocok tanam, menggarap
kebun-kebun, dan membangun gedung-gedung yang kokoh sebagai tempat tinggal.
Mereka dikaruniai fisik besar dan kuat. Mereka dikaruniai Allah sesuatu yang
tidak diberikan kepada yang lainya di muka bumi ini.
1. Taklid
Buta
Namun, mereka tidak memikirkan prinsip penciptaan ini. Mereka
tidak berusaha mencari tahu sumber dari semua kenikmatan itu. Justru akal dan
tabiat mereka menyimpang. Mereka menjadikan patung-patung sebagai tuhan, tempat
sujud dan meminta. Ketika mereka mendapatkan kebaikan mereka berterimakasih
kepada patung-patung tersebut, atau ketika mereka ditimpa keburukan mereka pun
mengadu kepadanya. Lebih dari itu, mereka berbuat kerusakan di muka bumi, yang
kuat menghinakan yang lemah, yang tua memusuhi yang muda.
Akhirnya Allah swt. berkehendak –memberikan pelajaran kepada
orang-orang kuat, meneguhkan orang-orang lemah, meluluhkan jiwa yang jahil, dan
menghilangkan kebutaan mata hati mereka– dengan mengutus Rasul di tengah-tengah
mereka, dari kalangan mereka, berbicara dengan bahasa mereka, berdialog dengan
metoda mereka, mengarahkan kepada Dzat Pencipta, menjelaskan kesalahan ibadah
mereka, sebagai ramat dan kemuliaan dari Allah swt. kepada mereka. Dan
kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Ia berkata, “Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dan kalian
hanyalah mengada-adakan saja.” (Huud: 50).
Hud berasal dari keturanan terbaik di antara mereka,
berakhlak mulia, sangat santun, dan lapang dada, maka Allah swt memilihnya
untuk menjadi pemegang amanah risalah-Nya dan penyeru dahwah-Nya, agar akal
pikiran mereka terbuka dan terbebas dari kesesatan, serta jiwa yang kembali
hanif. Hud melaksanakan perintah dengan amanah, menjalankan risalah dengan
penuh tanggung jawab. Hud bermujahadah dalam segala amal dakwahnya sebagaimana
pelaku dakwah bermujahadah. Ia keluar berdakwah di tengah-tengah kaumnya,
menjelaskan kemungkaran patung-patung dan tata cara peribadatan mereka.
2. Lupa
Sejarah Pendahulu
Hud bertanya, “Wahai kaumku, apa itu batu-batu yang kalian
ukir, kemudian kamu jadikan sebagai sesembahan? Apa madharat dan manfaatnya?
Sekali-kali itu tidak membawa manfaat buat kalian, juga tidak dapat menolak
bahaya dari kalian. Perbuatan itu hanya menistakan akal pikiran kalian dan
menghinakan kehormatan kalian.
Wahai kaumku, ada Tuhan Esa yang berhak kalian sembah. Tuhan
yang lebih layak kalian bersimpuh dihadapan-Nya. Dia-lah Dzat yang menciptakan
kalian dan membagi jatah rezeki kalian. Dia-lah Dzat yang menghidupkan kalian,
sekaligus mematikan kalian. Dia telah meneguhkan kehidupan kalian di muka bumi.
Dia menumbuhkan tanaman untuk kalian. Dia mengaruniai kalian fisik yang kuat.
Dia memberkahi binatang ternak kalian. Karena itu berimanlah kepada-Nya. Jangan
sampai kalian menyimpang dari kebenaran, atau bersikap sombong terhadap-Nya,
sehingga kalian akan ditimpa malapetaka sebagimana kaum Nabi Nuh a.s.
sebelumnya. Padahal masa kalian dan masa kaum Nabi Nuh yang dihancurkan
tidaklah terlalu jauh.” ”Hai kaumku, Aku tidak meminta upah kepadamu bagi
seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku.
Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)?” (Huud: 51).
Hud menerangkan demikian dengan harapan seruannya sampai di
relung jiwa mereka sehingga mereka mau beriman, atau membuka pikiran mereka
sehingga mereka mau berpikir dan mendapatkan petunjuk. Akan tetapi ia melihat
wajah-wajah gusar, tidak sedikit mata memerah ketika mendengar perkataan yang
sebelumnya tidak pernah mereka dengar.
3. Penolakan
Karena Kebodohan
Mereka menjawab: Apa yang kamu bawa dan kamu ajarkan, wahai
Hud? Bagaimana kamu menghendaki kami menyembah Allah saja tanpa ada sekutu?
Sesungguhnya kami menyembah patung-patung itu, agar patung-patung itu
mendekatkan kami kepada-Nya, dan agar patung-patung itu memberi syafaat atas
izin-Nya. Hud menerangkan: Wahai kaumku, sesungguhnya Allah swt. Ahad, tidak
ada sekutu bagi-Nya, dan penyembahan terhadap-Nya saja merupakan ibadah yang
paling mulia, paling inti dan puncaknya. Dia sangat dekat, tidaklah jauh. Dia
lebih dekat dari kalian dibandingkan urat nadi kalian sendiri.
Adapun patung-patung yang kalian sembah dalam rangka untuk
mendekatkan kepada-Nya, atau untuk memperoleh syafaat dari sisi-Nya tidak lain
justru menjauhkan kalian dari-Nya, meskipun kalian menyangka kalian dekat.
Perbuatan ini juga menunjukkan kalian jahil, pada waktu yang bersamaan kalian
menyangka berpengetahuan. Mereka berpaling seraya berkata: Kamu tidak lain
hanyalah orang dungu dan tidak bersahabat. Kamu menjelekkan cara ibadah kami,
kamu menghina kami atas apa yang telah kami warisi dari nenek moyang kami. Kamu
ini siapa? Apa kedudukan kamu diantara kami? Kamu seperti kami juga, kamu makan
sebagimana kami makan, kamu minum sebagaiman kami minum, kamu hidup layaknya kami
hidup, tidak ada bedanya. Mengapa Allah mengkhususkan kamu membawa risalah-Nya?
Dan memilih kamu untuk mengemban dakwah-Nya? Kami menyangka kamu tiada lain
adalah pembohong.
Hud menjawab: Wahai kaumku, aku tidaklah dungu, tidak juga
bodoh. Aku hidup ditengah-tengah kalian bertahun lamanya dan kalian tidak mengingkari
diriku sedikit pun. Kalian tidak pernah mendapati aku berbuat aneh. Sehingga
tidaklah mengherankan jika Allah swt memilih salah seorang dari kaum-Nya untuk
mengemban risalah-Nya dan menyeru dakwah-Nya? Justru yang aneh jika Allah swt
meninggalkan manusia dalam kondisi sia-sia tanpa ada seorang Rasul, dibiarkan
tidak ada penyeru kebaikan dan pelaku kebenaran. Karena itu gunakanlah akal
kalian untuk berfikir, memandang hakekat alam raya dengan penglihatan kalian,
pasti kalian akan menyimpulkan bahwa Allah Ahad dalam segalanya: dalam sistem
yang sangat menakjubkan ini, dalam penciptaan yang hebat ini, dalam cakrawala
yang berputar ini, dan bintang yang berkelip: Dalam segala sesuatu
menunjukkan tanda, Bahwa Dia Dzat yang Esa.
Maka berimanlah kepada-Nya, minta ampunlah kepada-Nya pasti
Dia akan menurunkan hujan dengan deras, harta yang melimpah, fisik yang
bertambah kuat. Dan (Dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada
Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya dia menurunkan hujan yang sangat
deras atasmu, dan dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan
janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (Huud: 53). Ketahuilah
bahwa setelah kalian mati, kalian akan dibangkitkan kembali. Barangsiapa
melakukan kebaikan, maka kebaikan itu untuknya. Sebaliknya siapa mengerjakan
keburukan, ia menanggung akibatnya. Maka merenunglah untuk kebaikan diri
kalian. Persiapkan dunia kalian untuk kehidupan yang kekal abadi di akhirat
kelak. Dan sungguh aku telah menjalankan tugas yang diamanahkan kepadaku, aku
telah memberi peringatan yang jelas kepada kalian.
Mereka menjawab: Tidak diragukan
lagi, bahwa salah satu tuhan kami telah merasuki dirimu, sehingga pikiranmu
kacau. Kamu berbicara yang tidak ada kenyataannya kecuali hanya di angan-angan
kamu belaka. Apa gunanya istighfar, toh kami mendapatkan hidup yang serba
kecukupan. Apa itu kebangkitan setalah kematian, tidak mungkin kami dihidupkan
lagi setelah tulang-tulang kami lebur menjadi tanah! Sungguh aneh kamu!
Kehidupan ini hanyalah di dunia saja, kami mati dan hidup dan tidak ada yang
menghancurkan kami kecuali masa. ”Kami tidak mengatakan melainkan bahwa
sebagian sembahan kami Telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” Huud
menjawab: “Sesungguhnya Aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu
sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan.” (Huud: 54). Kemudian apa itu adzab yang kamu janjikan
kepada kami? Kami tidak takut atas apa yang kamu ucapkan. Kami tidak
meninggalkan peribadatan tuhan-tuhan kami. Datangkan apa yang kamu janjikan
jika kamu orang yang benar.
4. Berdakwah
Tanpa Kenal Lelah
Ketika sudah nyata penolakan dari
mulut-mulut mereka, Hud bergumam: ”Saya bersaksi kepada Allah, bahwa saya telah
menyampaikan risalah-Nya tanpa saya kurangi sedikit pun. Saya sudah
bermujahadah dengan segenap kemampuanku dan aku sama sekali tidak mengabaikannya.
Aku akan terus berdakwah dan terus berjihad, aku tidak peduli dengan tipu daya
kalian. Aku tidak takut ancaman kalian. Aku bertawakal kepada Allah swt., Tuhan
saya dan Tuhan kalian. Tidaklah setiap yang melata di muka bumi kecuali Dia
yang menggenggamnya.
”Jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus
(untuk menyampaikan)nya kepadamu. dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum
yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya
sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha pemelihara segala sesuatu.” (Huud : 57).Hud
tetap menyeru, sedangkan kaumnya terus berpaling. Sampai suatu ketika langit
hitam pekat tanda segera hujan. Mereka menemui Hud seraya berkata: Mendung
datang pertanda hujan akan segera turun.
Tidak! Jawab Hud tegas, mendung ini
bukanlah mendung rahmat, akan tetapi ia membawa angin kehancuran, inilah yang
kalian tantang ketika itu: angin pembawa adzab yang pedih. Benar apa yang
dikatakan Hud. Mereka melihat kendaraan dan binatang yang mereka gembalakan di
padang sahara diterbangkan dan dilemparkan ke tempat yang sangat jauh.
Sontak mereka takut, kalang kabut,
melarikan diri, bersembunyi di rumah mereka. Mereka tutup rapat-rapat pintu
rumah dengan harapan bisa selamat. Akan tetapi bala’ telah meluas dan khitab
berlaku umum: yaitu jika angin menerbangkan kerikil sahara, selama tujuh malam
dan delapan hari berturut-turut, hingga kaum itu bergelimpangan, laiknya
ranting kering yang berjatuhan. Sejarah mereka terabadikan. Cerita mereka
menjadi pelajaran. ”Dan mereka selalu diikuti dengan
kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. Ingatlah. Sesungguhnya
kaum ‘Ad itu kafir kepada Tuhan mereka. Ingatlah kebinasaanlah bagi kaum ‘Ad
(yaitu) kaum Huud itu.” (Huud: 60).
Hud dan orang yang mengikutinya
selamat di tempat-tempat mereka tinggal. Sekeliling mereka dihantam badai dan
diterjang batu, namun mereka aman dan tenang di bawah lindungan Tuhannya,
sampai angin kembali normal seperti semula. ”Dan tatkala datang azab Kami,
Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari
Kami. Dan Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang
berat.” (Huud: 58). Semua tandus, seakan tiada kehidupan lagi. Nabi
Hud a.s. pindah ke Hadramaut dan menghabiskan umurnya di sana. Sungguh, banyak
pelajaran berharga dari kisah Nabi Hud di atas bagi orang-orang yang
berfikir. Allahu A’lam.
Daftar Pustaka
Komentar
Posting Komentar