CERPEN KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 2020 KETIGA
Pandemi Kemerdekaan Republik Indonesia
Sudah tiga bulan lebih tidak Sekolah tatap muka. Sudah seribu bahkan hampir sejuta orang harus meninggalkan rumah mereka, menetap di rumah sakit, tanpa dikunjungi keluarga. Kerabat dan saudara-saudaranya, tempat hiburan dan pusat perbelanjaan kebanyakan ditutup. Sehingga New Normal dilaksanakan. Beberapa Sekolah meminta siswa-siswinya untuk kembali belajar seperti biasa. Tempat hiburan atau pusat perbelanjaan kembali dibuka setelah sekian lama tidak dibuka, dengan syarat mengikuti protokol Kesehatan.
Penyebab semua ini terjadi adalah sebuah virus, virus itu sangat kecil. Tidak akan bisa terlihat dengan mata yang dimilki oleh manusia, dengan ukuran sekecil itu. mudah sekali menyebar dari tubuh ke tubuh yang lainnya. Karena itu, seluruh keluarga dikarantina di rumah hingga adanya New Normal.
*****
Disaat Pandemi seperti ini, tujuh belas Agustus pun masih diusahakan semeriah mungkin. Sekolah-sekolah, desa-desa, perumahan, mengadakan lomba yang tidak memungkinkan penyebaran virus. Disalah satu rumah, ada seorang anak laki-laki, umurnya masih sepuluh tahun. Sekolah anak itu sudah dibuka, anak itu sudah dimintai mengikuti kelas tatap muka, orang tuanya tidak mengizinkan. Jangankan Sekolah, lombapun tidak diizinkan. Padahal ia ingin sekali mengikuti salah satu lomba tersebut.
"Tidak boleh Asa, kalau memang pingin banget, kamu bisa berlomba dengan Kakak-kakakmu. Itu lebih aman," Itu yang dikatakan oleh ibunya, ketika ia meminta izin untuk kedua kalinya.
"Coba minta sama ayah, mungkin diizinkan," pikirnya.
Saat ayahnya pulang kerja, selesai membersihkan diri, dan sedang bersantai. Asa berlari menhampiri ayahnya.
"Yah! aku boleh balik sekolah? Ikut lomba?"
"Untuk saat ini belum Asa, tunggu dua Minggu lagi. Kita lihat keadaanya,"
Setelah ayah berkata begitu, raut wajahnya yang tadinya cerah berubah menjadi suram. Ia menghentakkan kakinya sambil berjalan dan menggerutu masuk ke kamar. Marahnya Asa tidak lama. Setelah menggerutu begitu ia akan lelah dan tertidur.
Pagi-pagi sekali Asa terbangun, mungkin karena tidutrnya terlalu cepat membuatnya menjadi cepat terbangun. Asa teringat, bukankah besok sudah tanggal Tujuh Belas Agustus. Apa yang harus ia lakukan? Tidak mungkin hanya berdiam diri menonton dari televisi atau halaman rumahnya, bukan? ia harus melakukan sesuatu, ia harus ikut merayakan tujuh belasan tahun ini walau dengan kedaan dunia yang seperti sekarang.
Asa membayangkan teman-temannya yang bebas bermain seperti biasa. Besok ikut bersekolah, berlomba, tertawa, bermain, bahkan mereka tidak memakai masker dan lain-lain.
Seketika amarah Asa naik, kembali kesal dengan orang tuanya yang tidak mengizinkannya. Bukankah sampai sekarang teman-temannya sehat walafiat. Asa masih selalu melihat mereka bermain, bukankah orang tuanya yang sangat lebay? Itulah yang Asa pikirkan, Asa berusaha untuk tidak kembali marah, untuk anak kelas empat Sekolah Dasar. Asa sudah cukup dewasa memang.
Kembali memikirkan apa yang harus di lakukan. Terbesit dalam pikirannya ia membuat ucapan selamat Hari Kemerdekaan diatas kertas, bukankah ia juga bisa memuat sejenis poster dengan tema Kemerdekaan dan Pandemi ini? Ia memutuskan untuk membuat poster itu bersama kakak-kakaknya. Tidak hanya itu, ia memikirkan lomba, bukankah ibu bilang itu dengan saudaranya. Namun pastinya mereka tidak akan mau begitu saja. Satu-satunya cara adalah membuat mereka emosi, lalu menantang mereka.
"Ide bagus!" pikir Asa dengan ketawa jahil.
*****
Esok harinya.......
Poster selesai dibuat, tentu saja butuh kesabaran. Tidak semudah itu melakukan sesuatu dengan kakak dan adiknya.
"hmmm....bagus juga."
Asa melakukan saran ibunya, mereka berlomba. Asa mencoba melupakan apa yang ia kesalkan kemarin-kemarin. Ibunya benar, dan terbukti, bahwa teman-temanya Asa melemah seminggu kemudian. Asa tidak tahu harus bahagia atau sedih.
#PunyaSiswa
#MenuangkanIde
Komentar
Posting Komentar